Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
ini. Penulisan laporan ini adalah salah satu usaha penulis untuk memenuhi
kriteria penilaian.
Dalam penulisan laporan praktikum
ini, mohon maaf bila penulis masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulissaya
sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran.
Penulis mau mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Shintia dan semua pihak yang telah membantu hingga laporan ini
terselesaikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pihak yang membutuhkan.
Abstrak
Urin terbentuk setelah melalui proses
penyaringan darah di ginjal. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal.
Ketika berada di dalam membran glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah
(air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian
masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urin primer. Proses ini disebut filtrasi.
Dalam praktikum kali
ini, kami mengamati kandungan dalam urin. Jika makanan yang dikonsumsi banyak
mengandung protein, contohnya daging-dagingan, maka akan bersifat asam. Jika
makanan yang dikonsumsi banyak mengandung sayur-sayuran, makan akan bersifat
cenderung basa. Jika urin mengandung gula, makan setelah diteteskan oleh
fehling A dan B dan dipanaskan, akan berubah warnanya menjadi oranye atau merah
bata. Jika urin mengandung protein, maka setelah diteteskan oleh biuret akan
berubah warnanya menjadi ungu atau maka setelah di teteskan asam asetat dan
panaskan, akan menjadi keruh dan ada endapan. Jika urin yang di taruh di atas
kaca arloji lalu dipanaskan sampai mongering dan terdapat Kristal-kristal
garam, maka urin tersebut mengandung garam.
Bab 1 : Pendahuluan
a. Latar
Belakang
Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi proses-proses
biologis berupa pembongkaran dan penyusunan (metabolisme). Metabolisme akan
menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh dan zat-zat sisa yang tidak digunakan
tubuh. Sisa hasil metabolisme dikeluarkan melalui alat-alat pengeluaran.
Apabila sisa hasil metabolisme tersebut tidak
dikeluarkan maka dapat menyebabkan tubuh keracunan. Zat-zat sisa yang
dikeluarkan tubuh antara lain karbon dioksida (CO2), amonia (NH4),
dan air (H2O). Proses pengeluaran sisa metabolisme yang tidak
berguna tersebut disebut ekskresi.
Ekskresi melibatkan alat-alat khusus dan membentuk suatu sistem yang disebut
sistem ekskresi. Setiap makhluk hidup memiliki alat ekskresi yang berbeda-beda.
Sistem ekskresi sangat berperan penting untuk
menjaga keseimbangancairan dalam tubuh (homeostatis) dengan cara osmoregulasi. Osmoregulasi, yaitu
mekanime untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau cairan
tubuh.
Urin terbentuk setelah melalui proses
penyaringan darah di ginjal. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal.
Ketika berada di dalam membran glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah
(air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian
masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urin primer. Proses ini disebut filtrasi.
Urin primer dari
kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus
proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula,
akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi
saluran tersebut sehingga terbentuk urin sekunder. Proses ini disebut
reabsorpsi.
Urin sekunder yang
terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat
sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah
urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini
disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urne, tekanan urin
pada dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau
kencing.
Urin mengandung zat
padat sebesar 4% dan 96% air. Zat-zat padat yang ada dalam urin adalah sebagai
berikut :
a. Urea, air dan ammonia sebagai sisa
perombakan protein
b. Zat warna empedu yang member warna
kuning pada urin
c. Zat-zat yang berlebihan dalam darah misalnya
vitamin, sisa obatan,
garam-garaman khususnya garam dapur.
garam-garaman khususnya garam dapur.
Banyaknya urin yang
dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari.
Factor yang mempengaruhi pengeluaran urin dari dalam tubuh tergantung dari
banyaknya ar yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin,
pembentukan urin meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urin sedikit.
Pada
saat kita minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh
karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urin. Warna urin setiap
orang berbeda-beda. Warna urin biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun
biasanya warna urin normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
b. Hipotesis
Jika makanan yang dikonsumsi banyak mengandung
protein, contohnya daging-dagingan, maka akan bersifat asam. Jika makanan yang
dikonsumsi banyak mengandung sayur-sayuran, makan akan bersifat cenderung basa.
Jika urin mengandung gula, makan setelah diteteskan oleh fehling A dan B dan
dipanaskan, akan berubah warnanya menjadi oranye atau merah bata. Jika urin
mengandung protein, maka setelah diteteskan oleh biuret akan berubah warnanya
menjadi ungu atau maka setelah di teteskan asam asetat dan panaskan, akan menjadi
keruh dan ada endapan. Jika urin yang di taruh di atas kaca arloji lalu
dipanaskan sampai mongering dan terdapat Kristal-kristal garam, maka urin
tersebut mengandung garam.
c. Tujuan
Percobaan
Untuk mengetahui pH, kadar gula,
protein, dan garam dalam urin manusia
d. Tinjauan
Literatur
1.
Proses
pembentukan Urin
Proses
pembentukan urin terjadi di badan Malpighi, di dalam badan Malpighi ini
glomerulus di kelilingi oleh kapsula bowman. Darah dalam glomerulus yang
mengandung air, garam, gula, urea, dan zat lain –lain mengalami penyaringan,
kecuali yang bermolekul besar seperti sel-sel darah dan molekul protein,
filtrat masuk ke ruangan kapsula bowman menjadi filtrate glomerulus ( urin
primer ). Jumlah darah yang mengalir melalui ginjal ini ada 1,2 liter setiap
menit yang merupakan seperempat dari seluruh jumlah darah yang di pompakan oleh
jantung.
Proses penyaringan ini terutama disebabkan oleh tekanan darah, dan
dipengaruhi oleh pengerutan dan pengembangan arteriol yang menuju dan
meninggalkan glomerulus. Pengerutan arteriol yang menuju glomerulus akan
menambah jumlah filtrat dan selalu diikat oleh pengembangan arteriol yang
meninggalkan glomerulus (arteriol eferen ), filtrate glomerulus ini masih
mengandung banyak zat yang masih diperlukan oleh tubuh, seperti glukosa,
garam-garam, dan asam amino.
Dari glomerulus filtrat di bawa melalui tubulus kontortus
proksimal yang dikelilingi oleh pembuluh darah, dalam tubulus kontortus
proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang masih berguna, Setelah reabsorbsi
kadar urea menjadi lebih tinggi, sehingga terbentuk lagi zat-zat lain yang
sementara waktu tidak digunakan lagi. Setelah selesai filtrasi, reabsorbsi, dan
augmentasi ini barulah terbentuk urin yang sesungguhnya yang dikumpulkan dari
tubulus kolektivus ke pelvis renalis.
Di dalam badan Malpighi, kapsula
bowman menyaring zat-zat dari darah yang ada di glomerulus, dan terbentuklah
filtrate glomerulus. Didalam tubulus kontortus proksimal di dserap kembali oleh
pembuluh darah dan terbentuklah urin sekunder. Dalam tubulus kontortus distal,
pembuluh darah menambah lagi zat-zat yang pada waktu itu tidak digunakan lagi
dan menambah kelebihan air sehingga terbentuklah urin sesungguhnya, dalamn urin
ini tidak terdapat protein karena protein telah di saring dengan sempurna dari
jumlah 7-9% protein yang ada di dalam darah, demikian juga dengan glukosa.
Juga terjadi
peningkatan kadar urea yang semula 0,03% dalam plasma darah, meningkat menjadi
0,5% dalam tubulus kontortus proksimal, dan naik lagi dengan cepat menjadi 2%
dalam tubulus kontortus distal, hal ini terjadi karena adanya penyerapan air
kembali.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi volume atau jumlah urin yang dihasilkan
Volume urin
yang dikeluarkan tidak tergantung dari berapa banyaknya jumlah cairan yang
diminum, tetapi juga tergantung dari jumlah garam-garam yang dikeluarkan dari
darah, agar tekanan osmosis tetap.
Pada
penderita kencing manis ( Diabetes Miletus ) pengeluaran glukosa dari
dalam darah juga diikuti oleh kenaikan volume urin.
a.
Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dikeluarkan
oleh kelenjar saraf hipofisis, pengeluaran hormone ini di tentukan oleh
reseptor khusus di dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan tekanan
osmotic darh, oleh karena itu hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorbsi
air pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan
meningkat.
Pada saat
tubuh kekurangan cairan, konsentrasi air dalam darah akan menurun, akibatnya
sekresi ADH akan meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ginjal. ADH
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan permeabilitas saluran
pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi keluar dari pipa pengumpul lalu
masuk kedalam darah, dan keadaan tersebut dapat memulihkan konsentrasi air
dalam darah, akibatnya urin yang dihasilkan lebih sedikit dan pekat.
b.
Faktor usia
Pada anak balita sering mengeluarkan urin, hal ini disebabkan karena
anak balita belum bias mengendalikan rangsangan untuk mikturisi, selain itu
juga anak balita mengonsumsi lebih banyak makanan yang berwujud cairan,
sehingga urin yang dihasilkan lebih banyak.
Begitu pula sebaliknya, pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit, hal
ini dikarenakan setelah usia 40 tahun jumlah nefron yang berfungsi akan menurun
kira-kira 10% setiap tahun, Kondisi ini akan mengurangi kemampuan ginjal dalam
memproses pengeluaran urin.
c.
Gaya hidup dan aktivitas
Seorang yang
sering berolahraga / olahragawan urin yang dihasilkan akan lebih sedikit jika
dibandingkan pada orang biasa, hal ini disebabkan karena jumlah cairan yang ada
di dalam tubuh lebih banyak digunakan sebagai energi dan dikeluarkan dalam
bentuk keringat.
e.
Kondisi kesehatan
Seseorang
yang sehat produksi urinnya berbeda dengan orang yang sakit bias mengeluarkan urin
lebih banyak ataupun lebih sedikit tergantung pada jenis penyakit yang di
deritanya.
f.
Psikologis
Orang yang
sedang merasa cemas akan lebih sering mengeluarkan urin, sebab kondisi
metabolismenya berjalan lebih cepat.
g.
Cuaca
Apabila
cuaca dingin orang lebih sering mengeluarkan urin, sebab cairan yang ada di
dalam tubuh di keluarkan dalam bentuk urin, begitupula sebaliknya, pada musim
panas orang jarang mengeluarkan urin, sebab cairan yang ada di dalam tubuhnya
lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat.
h.
Jumlah air yang diminum
Apabila
mengkonsumsi banyak air minum, konsentrasi protein dalam darah akan menurun,
kondisi ini dapat mengakibatkan menurunnya tekanan koloid protein sehingga
tekanan filtrasi kurang efektif, akibatnya volume urin yang dihasilkan akan
meningkat.
3.
Sifat-sifat
urin
Volume urin
normal orang dewasa ±2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu
luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen, the,
kopi, alcohol mempunyai efek iuresis.
Reaksi urin
biasanya asam dengan pH kurang dari 7, bila masukan protein tinggi urin menjadi
asam, sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein.
Keasaman meningkat pada asidosis dan demam, urin menjadi alkali karena
perubahan urea menjadi amoniak dan kehilangan CO2 di udara.
Warna urin
normal adalah kuning pucat atau ambar, pigmen utamanya urokrom, sedikit urobin
dan hematopofirin. Pada keadaan demam urin berwarna kuning tua atau kecoklatan.
Sedangkan urin orang yang mempunyai penyakit diabetes Melitus (kencing
manis) urinnya mengandung gula, yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah
yang juga disebabkan oleh kekurangan hormone insulin. Nilai pHnya berkisar
antara 7 atau kurang dari 7 karena bersifat asam. Warna urin orang penderita
diabetes adalah bening kekuningan.
4.
Unsur –
unsur dalam urin
-
Urea (25-30 gram) merupakan hasil
akhir dari metabolism protein dari mamalia termasuk manusia.
-
Amoniak (NH3) pada urin
orang normal yang masih segar terdapat sedikit, sedangkan pada penderita diabetes
miletus kandungan amoniakndalam urinnya sangat tinggi.
-
Kreatinin dan keratin, (kreatinin
: produk pemecahan keratin ) normalnya 20-26 mg/kg pada laki-laki, dan 14-22mg/kg
pada perempuan.
-
Asam urat, adalah hasil akhir
terpenting oksidasi urin dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air,
tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali.
Bab 2 : Prosedur
Alat dan bahan :
-
Tabung
reaksi
-
Beaker
glass
-
Corong
-
Korek
api
-
Pembakar
spiritus
-
Kawat
kasa
-
Kaki
3
-
Pipet
-
Penjepit
-
Lap
-
Tissue
-
Kaca
arloji
-
Gelas
ukur
Prosedur :
a. Uji pH
1. Teteskan urin secukupnya ke dalam kaca
arloji
2. Tempelkan kertar pH indicator ke
urinnya
3. Tunggu selama 5 menit
4. Bandingkan dengan tabel
b. Uji gula
1. Masukan 3 ml urin ke dalam tabung
reaksi dan tambahkan 5 tetes fehling A dan 5 tets fehling B
2. Aduk sampai merata
3. Panaskan di pemanas air
4. Amati, jika positif akan menjadi warna
oranye atau merah bata
c. Uji protein 1
1. Masukan 3 ml urin dan tambahkan 5 tets
biuret
2. Aduk sampai rata
3. Amati, jika positif akan menjadi warna
ungu
d. Uji protein 2 / garam Ca
1. Masukan 5 ml urin dan tambahkan 3 tetes
asam asetat
2. Lalu panaskan
3. Amati apakah ada endapan / keruh
4. Jika ya, tambahkan lagi 3-5 tetes asam
asetat
5. Jika ada endapan berarti urin tersebut
mengandung garam
e. Uji garam / Kristal garam
1. Teteskan urin ke dalam kaca arloji
2. Lalu panaskan sampai urin memuai
3. Amati apakah ada Kristal atau tidak
Bab 3 : Hasil dan Pembahasan
Sample
|
Uji Gula
|
Uji pH
|
Uji Protein 1
|
Uji Protein 2 / Garam Ca
|
Uji garam / Kristal garam
|
Bau
|
Catatan tentang kondisi urin
|
A (Jonathan)
|
-
|
7-8
|
-
|
-
|
+
|
üü
|
-
Bau urin biasa
-
Warnanya oranye
-
Makanan yang dikonsumsi : nasi, toge, mie
|
B
(Rainer)
|
-
|
6
|
-
|
-
|
+
|
üüü
|
-
Bau urin sangat bau
-
Warnanya oranye
-
Makanan yang dikonsumsi : nasi, ikan, sayur, sambel
|
Dalam
uji gula, tidak ada satupun di antara kedua sample yang urinnya mengandung gula.
Dalam uji pH, sample A memiliki pH yang berkisar antara 7-8, hal ini disebabkan
oleh makanan yang dikonsumsi sayur-sayuran (toge), maka dari itu cenderung
bersifat basa, sedangkan sample B memiliki pH 6 yang cenderung asam, hal ini
disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi mengandung banyak protein (ikan), maka
dari itu cenderung bersifat asam. Dalam uji protein 1 dan 2, tidak satupun
sample yang menunjukkan urin yang mengandung protein. Dalam uji garam, kedua
sample menunjukkan bahwa kedua urin mengandung garam. Sample B cenderung lebih
bau, karena makanan yang dikonsumsi mengandung banyak protein (daging-dagingan).
Kesimpulan
Jadi pada praktikum kali
ini, kita dapat mengetahui kandungan dalam urin manusia. Kandungan dalam urin
manusia sangat berkaitan dengan apa makanan yang kita konsumsi. Seperti contoh
pada praktikum kali ini, pH sample A yang berkisar antara 7-8, hal ini
disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi sayur-sayuran (toge), maka dari itu
cenderung bersifat basa, sedangkan sample B memiliki pH 6 yang cenderung asam,
hal ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi mengandung banyak protein
(ikan), maka dari itu cenderung bersifat asam. Kita juga jadi tahu bahwa
rata-rata urin memang mengandung garam. Bau pada urin juga ditentukan oleh apa
yang kita konsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar