ini contoh karya tulis.. semoga bermanfaat :)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah yang berjudul “Korelasi antara Penggunaan Bahan Pengawet pada
Donat terhadap Tingkat Kebusukannya”. Karya tulis ini dibuat dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh bahan pengawet pada makanan olahan dan tingkat kebusukannya. Bahan pengawet banyak dikonsumsi oleh
masyarakat zaman sekarang ini. Kita dapat mengambil keuntungan dan kerugiannya.
Bagi para produsen, mungkin dapat kita ambil nilai tambahnya. Tetapi bagi pada
konsumen, bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan. Penulis ingin mengetahui
banyak sedikitnya bahan pengawet dan pengaruh tingkat kebusukan pada bahan
makanan olahan.
Penulis menemukan banyak kendala
pada penulisan karya tulis ini. Mulai dari penentuan judul, penulis sangat
sulit untuk menentukan judul yang tepat, sampai
dengan penyusunan karya tulis ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Rudy dan semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
karya tulis ini.
Penulis menyadari karya tulis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis
ini.
Bandung,
30 April 2013
Penulis
ABSTRAK
Karya tulis ilmiah yang berjudul
“Korelasi antara Penggunaan
Bahan Pengawet pada Donat terhadap Tingkat Kebusukannya” ini dibuat untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas XI semester 2. Dalam karya tulis ini,
penulis membahas tentang bahayanya bahan pengawet yang dipakai kebanyakan
produsen makanan yang beragi. Penulis membeli tiga merek donat, Jco, Dunkin Donut, dan Bread & Co. Ketiga donat tersebut
dibiarkan selama 59 hari. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ketiga donat
tersebut baru mulai tumbuh jamur pada hari yang ke-40. Hal ini menjelaskan
bahwa bahan pengawet yang dipakai cukup berbahaya untuk kesehatan, karena,
donat tanpa bahan pengawet akan mulai tumbuh jamur dalam kurung waktu 3 hari
saja. Oleh karena itu, betapa lebih baiknya jika kita tidak mengonsumsi makanan
yang mengandung banyak bahan pengawet. Karena itu dapat mengganggu kesehatan
jasmani kita.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pangan merupakan salah
satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pangan
adalah satu-satunya bahan yang dapat menghasilkan energi kita yang kita
butuhkan tiap harinya. Pengolahan bahan makanan sangat berpengaruh terhadap
pemenuhan gizi masyarakat, maka sangat tidak mengherankan jika semua negara
baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai
pangan semaksimal mungkin yang cukup, aman, dan bergizi.
Seiring dengan kemajuan
teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal mengelola
bahan makanan. Hal ini wajar karena dengan semakin berkembangnya teknologi,
kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehinngga tidak mempunyai banyak
waktu untuk mengelola bahan makanan dan hanya mengandalkan bahan seadanya yang
kemudian diolah didapur. Di era zaman sekarang juga kebanyakan manusia hanya
ingin semua yang praktis, karena ada pepatah berkata, ‘waktu adalah uang’. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji
(instan) yang telah diolah oleh produsen banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena banyak manfaatnya bagi masyarakat itu sendiri
meskipun merusak kesehatan.
Di zaman sekarang ini, produsen makanan
ringan sudah ada di mana-mana. Mulai dari produsen makanan sehari-hari, mie,
daging-dagingan, sayur-sayuran, seafood,
jajanan pasar, dan toko-toko makanan ringan. Toko roti atau sering kita dengar
dengan sebutan ‘Bakery’, sudah
menjelajah di setiap sudut kota. Para produsen berlomba-lomba untuk mendapatkan
hati si pembeli. Semua produsen juga berlomba-lomba menjadi yang terbaik.
Sehingga persaingan dalam dunia bisnis pun semakin panas, ketat, dan merajalela.
Hal ini menyebabkan munculnya niat-niat negatif dan niat-niat jahat dalam
pikiran tiap-tiap produsen. Dimulai dari kecurangan-kecurangan yang secara
sengaja dibuat agar mengelabui para konsumen, kebohongan-kebohongan yang muncul
dari setiap perkataan yang diucapkan oleh produsen, maupun bahan-bahan yang
telah digunakan dalam memproduksi makanan itu sendiri.
Hampir dan mungkin semua produsen ingin
mendapatkan untung yang sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Mereka
mau mendapatkan untung yang besar-besar biasanya dikarenakan kebutuhan ekonomi
yang mereka perlukan. Maka dari itu, banyak produsen makanan yang menggunakan
bahan pengawet agar memperlambat kebusukan dan memperkecil kerugian. Hampir
setiap produsen memakai bahan pengawet, yang membedakan adalah bahaya tidaknya
bahan pengawet yang dipakai untuk kesehatan. Biasanya, semakin banyak bahan
pengawet yang dipakai, semakin lama juga tingkat kebusukannya. Hal ini sangat
berpengaruh untuk kesehatan manusia khususnya dibagian pencernaan.
Untuk itu, karya tulis yang dibuat ini
akan memperlihatkan dan menjelaskan bahaya atau tidaknya bahan pengawet yang
dipakai pada donat. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan pun ditinjau dari
sudut pandang banyak orang yang berbeda-beda. Dalam karya tulis ini pun akan
menyajikan fakta-fakta yang memperkuat tentang bahayanya bahan pengawet
terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti banyak
sedikitnya bahan pengawet pada makanan terhadap tingkat kebusukannya. Hal ini
yang menjadi tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Sejauh manakah peranan
jamur terhadap tingkat pengawetan donat?
1.2.2 Bagaimana kondisi fisik meliputi aroma dan
kepadatan pada donat secara keseluruhan?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Mengetahui
sejauh mana peranan jamur terhadap tingkat keawetan donat.
1.3.2 Mengetahui kondisi fisik meliputi aroma dan
kepadatan pada donat secara keseluruhan.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
penulis, penelitian ini dapat melatih untuk mengembangkan keterampilan dalam
membaca, dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber,
meningkatkan sistem kerja dalam mencari data dan fakta secara jelas dan
sistematis, dan menambah wawasan penulis tentang peranan jamur terhadap tingkat
keawetan donat.
1.4.2
Bagi
pembaca, penelitian ini dapat membuka wawasan pembaca tentang bahayanya bahan
pengawet makanan.
1.4.3
Bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat membuktikan bahayanya bahan
pengawet makanan terhadap kesehatan manusia terutama pada makanan yang
bermerek. Penelitian ini juga dapat memberi sumbangan ilmu yang sangat berharga
pada perkembangan ilmu pengetahuan.
1.5 Batasan
Penelitian
1.5.1
Jenis donat pada penelitian ini hanya terbatas pada donat
yang terbuat dari tepung saja. Tidak yang terbuat dari kentang ataupun bahan yang lainnya.
1.5.2
Merek donat yang diteliti ini
hanya terbatas pada donat merek Jco, Dunkin Donut, dan Bread & Co saja.
1.5.3
Jenis
donat yang dipakai terbatas pada donat dengan taburan tepung gula, donat dengan
taburan coklat, dan donat dengan selaian krim ditaburi oleh almond.
1.6
Hipotesis
1.6.1
Jamur dapat tumbuh
dalam donat dalam kurung waktu kurang lebih 1,5 bulan, hal ini dipengaruhi oleh
bahan pengawet makanan yang dipakai. Karena semakin banyak bahan pengawet yang
dipakai, semakin lama pula pertumbuhan jamur pada donat.
1.6.2
Kondisi
donat bila dilihat secara fisik, aromanya akan tetap sama seperti baru, hal ini
disebabkan oleh bahan pengawet yang dipakai cukup banyak. Teksturnya akan sedikit berair dikarenakan
oleh tepung gula yang sudah mencair. Donat akan menjadi sangat keras seperti
batu dan sulit untuk dikonsumsi.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Sejarah
Perkembangan
2.1.1 Penemu
Bahan Pengawet
Louis Pasteur (1822-1895) lahir di
kota Dole tahun 1822, bagian timur Perancis. Sebagai mahasiswa di Paris dia
memperdalam ilmu pengetahuan. Kegeniusannya belum tampak tatkala jadi mahasiswa
bahkan salah seorang mahagurunya menganggap Pasteur "sedang-sedang"
saja dalam ilmu kimia. Baru sesudah dia meraih gelar Doktor di tahun 1847,
Pasteur membuktikan ucapan profesornya keliru besar. Penyelidikannya tentang
asam traktat (tartaric acid) pada
kaca mengangkat derajatnya ke tingkat ahli kimia yang tersohor disaat umurnya
baru dua puluh enam tahun.
Kemudian dia mengalihkan perhatiannya kepada penyelidikan
tentang peragian dan membuktikan bahwa proses ini persis seperti proses yang terjadi
pada sejenis mikroorganisme lainnya dapat memprodusir hasil-hasil yang tidak
dikehendaki dalam hal peragian minuman. Pendapat ini segera menuntunnya kegagasan
lain bahwa semacam mikroorganisme dapat pula menghasilkan hal-hal yang tidak
diharapkan dan dapat membawa pengaruh baik terhadap manusia maupun hewan.
Pasteur dalam laboratoriumnya, Pasteur bukanlah orang pertama yang memasalahkan
teori baksil penyakit. Hipotesis serupa telah pernah dikembangkan lebih dulu
oleh Girolamo Fracastoro, Friedrich Henle dan banyak lainnya lagi. Tetapi,
Pasteurlah yang paling menonjol dalam hal teori kuman penyakit yang
dibuktikannya lewat serentetan percobaan dan demonstrasi yang merupakan faktor
utama dan meyakinkan masyarakat cerdik pandai bahwa teorinya benar.
Apabila penyakit disebabkan oleh baksil, tampaknya masuk akal bahwa dengan mencegah masuknya baksil itu ke dalam tubuh manusia, penyakit itu bisa dihindari. Karena itu Pasteur menekankan pentingnya metode antiseptik buat para dokter, dan dia punya pengaruh besar terhadap Joseph Lister yang memperkenalkan cara antiseptik kedalam bidang pembedahan.
Bakteri yang berbahaya dapat memasuki tubuh manusia lewat makanan dan minuman. Pasteur mengembangkan teknik untuk memusnahkan mikroorganisme dalam minuman. Teknik ini, jika dipraktekkan, dapat membinasakan susu yang kejangkitan hama sebagai penyebab infeksi.
Apabila penyakit disebabkan oleh baksil, tampaknya masuk akal bahwa dengan mencegah masuknya baksil itu ke dalam tubuh manusia, penyakit itu bisa dihindari. Karena itu Pasteur menekankan pentingnya metode antiseptik buat para dokter, dan dia punya pengaruh besar terhadap Joseph Lister yang memperkenalkan cara antiseptik kedalam bidang pembedahan.
Bakteri yang berbahaya dapat memasuki tubuh manusia lewat makanan dan minuman. Pasteur mengembangkan teknik untuk memusnahkan mikroorganisme dalam minuman. Teknik ini, jika dipraktekkan, dapat membinasakan susu yang kejangkitan hama sebagai penyebab infeksi.
Tatkala umurnya mendekati pertengahan lima puluhan, Pasteur
beralih lagi perhatiannya kepada penyelidikan baksil penyakit ternak, sejenis
penyakit infeksi serius yang menyerang binatang ternak dan binatang-binatang
lain, tidak kecuali manusia. Pasteur mampu menunjukkan bahwa sejenis baksil
menjadi sebab sesuatu penyakit. Karya lebih penting lainnya ialah pengembangan
tekniknya memproduksi corak baksil penyakit ternak yang sudah dilemahkan.
Dengan cara disuntikkan ke tubuh ternak, baksil penyakit
yang sudah dilemahkan ini dapat menimbulkan penyakit yang ringan dan tidak
mengakibatkan fatal sehingga memungkinkan ternak-ternak itu memperoleh
kekebalan untuk menghadapi penyakit normal. Demonstrasi Pasteur di depan umum
mengenai efektivitas teknik mengebalkan hewan dari baksil penyakit ternak
menimbulkan kegemparan. Segera disadari bahwa metode umum dapat digunakan untuk
pencegahan rupa-rupa penyakit masyarakat.
Penemuan pribadi Pasteur yang paling termasyhur adalah
pengembangan teknik penyuntikan terhadap manusia untuk mencegah penyakit Rabies
yang ditakuti. Lain-lain ilmuwan, dengan meniru gagasan dasar Pasteur, sejak
itu mengembangkan vaksin untuk mencegah lain-lain penyakit berat seperti tifus
dan poliomyelitis.
Pasteur, seorang yang suka kerja luar biasa banyak,
menciptakan penemuan-penemuan kurang penting namun tetap berguna bagi keharuman
namanya. Adalah tak lain dari penemuannya melebihi arti penemuan orang-orang
lain yang secara meyakinkan mendemonstrasikan bahwa mikroorganisme tidak tumbuh
lewat pembiakan. Pasteur juga menemukan fenomena anaerobiosis, misalnya sesuatu
mikroorganisme dapat hidup dalam ketiadaan udara maupun oksigen. Karya Pasteur
mengenai penyakit ulat sutera mendatangkan nilai komersial yang tinggi.
Penemuan lainnya adalah pengembangan vaksin untuk mencegah berjangkitnya
penyakit kolera pada ayam dan penyakit yang menyerang unggas. Pasteur
menghembuskan nafas terakhir di dekat Paris tahun 1895.
Orang sering membuat bandingan antara Pasteur dengan Edward
Jenner, ahli fisika Inggris yang mengembangkan vaksin untuk pencegahan cacar.
Meskipun Jenner melakukannya 80 tahun sebelum Pasteur, saya menganggap arti
penting Jenner tidaklah sebesar Pasteur, karena sistem pengebalannya berlaku
hanya untuk satu jenis penyakit saja, sedangkan sistem Pasteur dapat dan telah terbukti
ampuh untuk mengebalkan terhadap banyak penyakit.
2.1.2 Sejarah Perkembangan Donat
Asal-usul donat sering menjadi sumber
perdebatan. Salah satu teori mengatakan donat dibawa ke Amerika Utara oleh imigran dari Belanda yang juga memopulerkan hidangan penutup lain, seperti: kue kering, pai
krim (cream pie)
dan pai buah (cobbler).
Cerita lain mengatakan donat berbentuk
cincin diciptakan kapten kapal asal Denmark bernama Hanson Gregory. Sang kapten sering harus
menyetir kapal dengan kedua belah tangan karena kapal sering dilanda badai. Kue
gorengan yang dimakan ketika sedang menyetir ditusukkan ke roda
kemudi kapal, sehingga kue
menjadi bolong. Kebetulan bagian tengah kue juga sering belum matang, sehingga
donat sengaja dibuat berlubang di tengah agar permukaan donat yang terkena
minyak bertambah dan donat cepat matang.
2.1.2.1 Sejarah Donat Di Indonesia
Di tahun 1968, stan American
Donut di Djakarta
Fair (sekarang disebut Pekan Raya
Jakarta) merupakan
perintis donat yang digoreng dengan mesin otomatis. Sejak itu, American Donut memiliki tradisi tahunan
membuka stan di Pekan Raya Jakarta hingga sekarang.
Di tahun 1985, Dunkin’Donuts membuka
gerai pertama di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat yang terus berkembang menjadi lebih dari 200 gerai
di berbagai kota di Indonesia. Yang kemudian diikuti dengan donat-donat waralaba asing lainnya seperti Master Ring, Master Donut,
dan Mister Donut.
Demam donat dibangkitkan kembali oleh J.CO Donuts & Coffee yang membuka gerai pertamanya di Super
Mall Karawaci
pada tanggal 26 Juni 2005. Keberhasilan J.CO diikuti Krispy Kreme yang membuka gerai donatnya yang pertama di Mal Pondok Indah 2 pada tanggal 31 Agustus 2006. J.CO sebagai merek lokal didirikan
oleh Johnny
Andrean seorang penata rambut terkemuka di
Indonesia.
Donat produksi industri kecil biasanya
dijajakan berkeliling menggunakan sepeda atau sepeda motor. Di dalam bus,
pedagang asongan menjual donat kemasan kotak dengan cara unik. Donat dalam
kemasan dibagi-bagikan ke pangkuan penumpang untuk kemudian dikumpulkan kembali
kalau penumpang tidak berminat.
Donat jenis ini disebut juga sebagai donat kampung untuk membedakannya dengan donat-donat
yang dijual di mal dan restoran.
2.2 Tinjauan
Pustaka
2.2.1 Pengertian
Bahan Pengawet
Bahan
pengawet adalah bahan yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan
yang lebih lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan
tersebut. Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang
akan diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk
pengawetan makanan.
Bahan pengawet juga biasanya
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan
untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan.
Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan zat aditif makanan
telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan
aditif makanan alami dan buatan atau sintetis.
Bahan pengawet merupakan bahan yang bukan secara alamiah
menjadi bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut
karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan. Agar makanan yang tersaji tersedia
dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta
awet maka sering dilakukan penambahan
bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva).
Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun
kandungan gizinya tinggi.
Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman
dan hewan,
hasil produksi panen menjadi
berlimpah. Bahan-bahan tersebut ada yang cepat busuk, makanan
yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya karena oksidasi
atau benturan. Contohnya lemak menjadi
tengik karena mengalami reaksi oksidasi radikal bebas.
Untuk menangani hal tersebut, manusia melakukan pengawetan pangan,
sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun
dengan batas kadaluarsa, dan
kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan. Selain itu, pengawetan
makanan juga dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dan
sebagainya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.
Ada bahan pengawet yang berbahaya untuk kesehatan dan ada
yang tidak. Mikrobiolog Dan O’Sullivan mengatakan “Bahan pengawet ini ditemukan
pada saat pemeriksaan budaya bakteri yang ditemukan dalam usus manusia.” (http://lapar.com/penemuan-penting-yang-membuat-makanan-awet-bertahun-tahun)
Hal tersebut menjelaskan bahwa bahan pengawet mengendap di
dalam usus manusia. Hal ini sangat membahayakan kesehatan manusia. Bahan
pengawet ini dapat memperpanjang “jangka hidup” beragam makanan hingga
berbulan-bulan dan bahkan ada yang sampai bertahun-tahun. Maka dari itu, bahan
pengawet sangat berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup.
2.2.1.1 Jenis-Jenis Bahan Pengawet
Beredarnya bahan
pengawet dan zat adiktif di pasaran baik dalam bentuk makanan dan obat-obatan
patut diwaspadai. Inilah beberapa di antaranya yang perlu kita hindari.
Keberadaan bahan pengawet dan zat adiktif yang mengancam kesehatan sudah
sepatutnya dihindari. Sebelum menjadi masalah serius yang mengganggu kesehatan,
menghindari bahan-bahan berbahaya tersebut jadi antisipasi yang dapat
dilakukan. Dalam health.okezone.com memaparkan sederet bahan pengawet berbahaya
yang perlu dihindari.
Natrium
nitrit dan natrium nitrat biasanya digunakan untuk mengawetkan produk daging,
mencegah pertumbuhan bakteri, membantu mempertahankan warna merah daging, dan
menambahkan rasa enak pada daging asin seperti bacon. Namun, zat ini juga digunakan dalam pelapisan logam, zat
reaksi kimia untuk fotografi, dan pewarna tekstil.
Natrium
benzoat ialah pengawet yang digunakan dalam cairan asam seperti cuka, jus, atau
minuman ringan dan produk makanan seperti margarin dan hamburger cepat
saji. Namun, natrium benzoat juga digunakan dalam pembuatan kembang api dan
bahan bakar roket besar.
Kalium
bromat paling sering ditemukan pada produk roti untuk meningkatkan kualitas
tepung. Zat ini bahkan dalam dosis yang sangat kecil dapat membahayakan dan
telah dilarang di Kanada, Eropa, dan China.
Kastor ialah penambah rasa alami yang sering digunakan dalam produk rasa buah untuk menambah rasa buah. Namun, kastor tidak terbuat dari buah, tapi dari ekskresi dari kelenjar perineum berang-berang.
Kastor ialah penambah rasa alami yang sering digunakan dalam produk rasa buah untuk menambah rasa buah. Namun, kastor tidak terbuat dari buah, tapi dari ekskresi dari kelenjar perineum berang-berang.
Pemanis
buatan termasuk sukralosa, sakarin, dan sorbitol sangatlah berbahaya bagi
tubuh. Pemanis buatan ini dapat mengganggu metabolisme sehingga dapat
menurunkan berat badan, tapi mudah menaikkan berat badan. Zat ini juga dapat
menyebabkan sakit kepala, pusing, diabetes, dan kanker.
Hal
tersebut menjelaskan bahwa makanan yang kita makan sehari-hari banyak yang
mengandung bahan pengawet yang dapat membahayakan tubuh kita, dan ternyata
bahan pengawet ada dihampir setiap makanan. Kita harus menghindari makanan yang dicampur dengan bahan pengawet.
2.2.1.2 Bahayanya
Bahan Pengawet Untuk Kesehatan
Dalam
www.healthiskesehatan.blogspot.com dikatakan bahwa bahan pengawet dapat
memberi pengaruh buruk untuk kesehatan, ada bahan pengawet yang legal dan ada
juga yang ilegal atau dilarang.
Bahan
pengawet tersebut disebut legal karena menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan
Makanan) dalam kadar tertentu aman untuk digunakan sebagai bahan tambahan pada
makanan. Tetapi, ini juga dapat mengganggu kesehatan tentunya, contohnya
benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat, dan sulfit. Jika dikonsumsi dalam
waktu yang lama, akumulasi bahan pengawet tersebut tetap rawan menimbulkan
gangguan kesehatan. Terlebih, ada beberapa bahan pengawet yang statusnya masih
tidak diketahui seperti nisin dan potasium nitrat. Hal ini terkait dengan media
fermentasi dan asal bahannya.
Beberapa
bahan pengawet dilarang karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan,
contohnya adalah formalin dan boraks. Sangat disayangkan karena kedua bahan
tersebut masih sering digunakan pada produk-produk home industry sepeti tahu, mie, untuk mengawetkan ikan, daging,
buah, dan sayuran dengan kadar tak terkontrol. Para nelayan misalnya, tidak
sedikit yang memilih menggunakan formalin daripada es batu karena faktor murah
dan praktis. Buah-buahan di supermarket
juga rawan formalin. Padahal formalin dan boraks dapat menimbulkan gangguan
hati, jantung, pencernaan, kanker, dan yang lainnya. Pada dosis cukup tinggi
pengawet ini dapat mengakibatkan pusing, mual, muntah, mencret, kram perut,
kejang depresi susunan syaraf, dan gangguan peredaran darah. Dalam dosis kecil,
pengawet akan diserap tubuh dan efeknya baru akan terasa setelah akumulasi
pengawet dalam tubuh cukup tinggi.
2.1.2 Pengertian Pembusukan Makanan
Pembusukan makanan adalah rusaknya
nilai gizi, tekstur, serta rasa dari makanan sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi karena berbahaya bagi kesehatan. Pembusukan ini ditandai pada adanya
perubahan pada tekstur, warna, dan aroma pada makanan tersebut.
Pada buah yang busuk, terkadang
tumbuh jamur, rasanya pun berubah, tersturnya menjadi lembek dan kadang-kadang
terdapat ulat atau belatung. Pembusukan pada nasi dan susu disebut basi
sedangkan pada kue dan roti disebut berjamur. Pada daging dan sayur-sayuran,
ditandai dengan munculnya belatung dan sayur-sayuran menjadi layu.
Pembusukan yang terjadi pada makanan
tergantung pada jenis makanannya sendiri. Misalnya jika didalam makanan
tersebut terdapat ragi, maka bila makanan tersebut dibiarkan dengan waktu yang
cukup lama, makanan tersebut akan berjamur. Hal tersebut berlaku tergantung
jenis makanannya. Pembusukan makanan yang disebabkan oleh jamur atau bakteri
disebut juga mikroba.
Ada juga beberapa makanan yang
sengaja dibuat agar menjadi busuk, tetapi tidak membahayakan untuk dimakan.
Contohnya adalah oncom, tempe, yoghurt.
Oncom berasal dari kacang tanah yang diberi ragi. Tempe berasal dari kedelai
yang sudah difermentasikan sedangkan yoghurt
berasal dari susu yang telah diberi bakteri Lactobaccilus
bulgarius.
2.1.2.1 Faktor-faktor
yang Menyebabkan Terjadinya Pembusukan pada Makanan
Dr. Suprianto W, mengatakan “Ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya
pembusukan makanan, yang pertama adalah mikroorganisme, jamur, dan
faktor-faktor lainnya.” (www.foodhealth/pembusukan-makanan)
Pernyataan itu dapat diartikan bahwa
ada tiga faktor yang menyebabkan pembusukan pada makanan, yang pertama adalah
mikroorganisme. Ada tiga jenis mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan
makanan. Kesatu adalah ragi. Ada dua jenis ragi yaitu true yeast dan false
yeast. Ragi yang biasanya dipakai untuk roti, mendapatkan proses yang disebut fermentasi (proses yang mengahasilkan alkohol dan CO2). Ragi yang menghasilkan proses fermentasi ini
disebut true yeast sedangkan false yeast biasa tumbuh dipermukaan
makanan kering, makanan yang mengandung kadar gula tinggi, dan kadar asam yang
tinggi.
Kedua adalah jamur. Jamur pada
makanan dapat mengakibatkan penyakit. Gejala yang ditunjukan seperti mual dan
pusing. Jamur dapat tumbuh dalam udara normal. Biasanya suhu yang lembab
menyebabkan makanan mudah berjamur. Meletakan makanan pada ruang terbuka tanpa
ditutup dapat juga merupakan faktor yang menyebabkan makanan ditumbuhi oleh
jamur.
Ketiga adalah bakteri. Bakteri
tumbuh pada makanan dengan kadar keasamannya rendah seperti buah dan sayuran.
Bakteri tumbuh dalam keadaan suhu normal. Maka dari itu, untuk menghindari
tumbuhnya bakteri pada makanan, maka harus disimpan dalam suhu 5oC.
Selain mikroorganisme, ada juga
ontolisis. Mungkin istilah ontolisis masih terlalu asing ditelinga kita.
Ontolisis adalah proses pembusukan makanan dikarenakan zat yang terkandung
dalam makanan itu sendiri dan adanya zat kimia antara zat ang dikandung dalam
makanan dengan oksigen diudara sekitar.
Enzim juga termasuk kedalam
onolisis. Bahan makanan seperti daging lama-kelamaan akan berbau tidak sedap
jika tidak diletakan ditemberatur kecil. Hal ini dikarenakan adanya reaksi
komponen yang terdapat dalam daging dengan udara sekitarnya.
Ada juga beberapa faktor yang
mengakibatkan pembusukan pada makanan adalah misalnya terkontaminasi oleh
serangga. Suhu kentang yang dikupas akan berubah warnanya jika diletakan.
Misalnya kentang yang sudah dikupas akan berubah warnanya jika ditekan begitu
sajadi tempat yang suhunya tidak sesuai.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Teknik
Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, keberadaaan
data menjadi faktor yang sangat penting. Tanpa data, penelitian tidak dapat
dilaksanakan, karena data merupakan faktor utama berjalannya penelitian. Sebuah
penelitian harus mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya,
dan tidak hanya itu, sebuah data harus berdasarkan kebenaran yang ada. Jika
tidak, karya ilmiah tersebut tidak bisa dianggap benar.
Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan
bentuk jamak dari datum, berasal
dari bahasa
Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan
sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya.
Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang
bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Dalam keilmuan, fakta
dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan
secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak
langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi.
Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya
dinamakan klasifikasi.
Penelitian ilmiah memiliki 5 jenis teknik pengumpulan data,
yaitu : 1.) Teknik pustaka yaitu dokumen
dan arsip mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian
merupakan salah satu sumber data yang penting dalam penelitian. Apabila
dibutuhkan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan dokumen-dokumen
berbentuk gambar dan tulisan untuk melengkapi data-data pada penelitian ini.
Dan tidak lupa peneliti melampirkan bagian foto, gambar, peraturan, kebijakan dan
catatan kehidupan untuk melengkapi bukti pada penelitian ini hal itu dilakukan
untuk menambahkan segala bentuk wawasan penulis untuk penelitian ini, sehingga
mampu mempertajam analisis penulis dalam menjawab permasalahan ini. 2.)
Teknik wawancara yaitu teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Menurut Susan Stainback (1988), dengan
wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. 3.) Teknik angket adalah
teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan
untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan
tanggapan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Penggunaan
angket merupakan hal pokok pada penelitian survei untuk pengumpulan data. 4.) Teknik
observasi atau pengamatan yaitu teknik
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu
obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis
tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu
dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada
jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi
itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk
mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang
dilakukan dalam situasi yang relatif sama. 5.) Teknik penelitian lapangan/labotarium
yaitu metode pengumpulan data dalam teknik penelitian ini yang tidak memerlukan
pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari
pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah
mana penelitiannya berdasarkan konteks. Penelitian lapangan biasa diadakan di
luar ruangan.
Penelitian yang berjudul “Korelasi antara Banyak Sedikitnya Bahan Pengawet pada Donat terhadap Kecepatan Kebusukannya” ini menggunakan dua teknik penelitian yaitu teknik pustaka dan teknik
observasi.
3.1.1 Teknik Pustaka
Teknik Pustaka dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengumpulkan dari berbagai referensi untuk mendapatkan
informasi lengkap dan sebenar-benarmya.
Pustaka-pustaka tersebut dikumpulkan dan disatukan agar menjadi sumber data
yang benar dan lengkap. Sumber-sumber data tersebut berasal dari website, buku, majalah, surat kabar,dan
referensi yang lain.
Pertama-tama, kita harus mencari
sumber data tersebut yang dapat memperkuat penelitian yang kita lakukan. Lalu
kita juga harus membuktikan kebenaran fakta tersebut yang dapat dilihat dari sumber-sumber yang lainnya. Maka kita akan mendapatkan
sumber data yang tepat untuk penelitian.
3.1.2 Teknik Observasi/Pengamatan
Teknik Observassi ini dilakkukan
untuk meneliti variabel-variabel yang akan diamati. Dalam teknik ini dapat
terlihat pengaruh bahan pengawet pada donat. Penulis dapat mengamati secara
langsung perkembangan tumbuhnya jamur pada donat.
Pertama-tama, penulis harus
menyediakan variabel-variabel yang akan diamati dan dalam kasus ini adalah
berbagai jenis merek donat. Tahap selanjutnya, penulis diharuskan mengamati
secara langsung perkembangan yang dialami oleh donat. Lalu penulis mencatat
catatan-catatan yang penting untuk berjalannya penelitian. Dalam teknik ini,
mungkin harus disediakan kamera agar dapat mengamati lebih detail tentang apa
yang kita amati.
3.2 Teknik
Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data
adalah data mentah. Data-data
itu perlu diolah untuk didapatkan data yang siap uji. Untuk mengujinya,
dibutuhkan teknik analisis. Ada 3 teknik
yang digunakan, yaitu : 1.) Teknik Deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti
seratus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. 2.) Teknik Komparatif yaitu adalah teknik
analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antar elemen yang sama
untuk beberapa periode yang berurutan. Tujuan analisis komparatif adalah untuk
memperoleh gambaran tentang arah dan kecenderungan tentang perubahan yang
mungkin akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan di masa yang akan
datang. Informasi hasil analisis komparatif bermanfaat untuk memperediksi
tentang kemungkinan yang akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan di
masa yang akan datang. 3.) Teknik Kualitatif dan Kuantitatif yaitu metode kualitatif
dan kuantitatif merupakan metode penelitian yang secara definisi maupun
pelaksanaannya bertolak belakang.
Penelitian
ini menggunakan teknik komporatif karena penulis ingin membandingkan banyak
sedikitnya jamur pada ke-3 donat.
3.3 Populasi
dan Sampel
3.3.1 Populasi dalam penelitian ini adalah semua
jenis makanan beragi.
3.3.2 Sampel dalam penelitian ini adalah donat
dengan bermerk Jco, Dunkin
Donat
dan Bread & Co.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Peranan Jamur terhadap Tingkat Pengawetan Donat
Di zaman sekarang ini, toko roti
sudah tersebar di mana-mana. Para
produsen berlomba-lomba untuk memenangkan hati sang pembeli dengan cara menjadi
yang terbaik di antara yang terbaik.
Sehingga, hal ini menyebabnya munculnya niat-niat negatif dalam pikiran tiap-tiap
produsen.
Dalam bidang bisnis donat misalnya. Biasanya,
donat yang diolah tanpa menggunakan bahan pengawet sangat cepat membusuk,
sedangkan donat yang menggunakan banyak bahan pengawet membutuhkan waktu yang
lama untuk membusuk. Hal ini menjadi keuntungan yang cukup besar bagi tiap-tiap
produsen.
Dalam penelitian kali ini, penulis
mengambil tiga sample donat, yaitu donat Jco,
Dunkin Donut, dan Bread & Co. Ketiga donat tersebut
akan dibandingkan banyak sedikitnya jamur yang dapat penulis temukan. Ketiga
donat tersebut sudah dibiarkan selama 59 hari. Penulis membeli dua jenis donat yang rasanya sama
pada merek Jco dan Dunkin Donut. Rasa yang dipilih adalah
rasa almond dan polos. Penulis
memilih kedua rasa tersebut karena dikedua toko tersebut, terdapat rasa yang
sama. Tetapi pada donat Bread & Co, penulis tidak dapat menemukan jenis donat yang
sama dengan donat Jco dan Dunkin Donut. Berikut adalah hasil dari
pengamatannya.
4.1.1 Peranan Jamur
terhadap Donat yang Bermerek Jco
Setelah 59 hari dibiarkan, jamur pada donat Jco ini mulai tumbuh. Jamur mulai tumbuh
pada hari yang ke-42. Pada awalnya, penulis mendapatkan bahwa donat Jco ini akan sulit untuk cepat membusuk.
Banyak sumber mengatakan bahwa donat Jco
ini baru akan membusuk dalam jangka waktu 1-2 tahun. Tetapi pernyataan tersebut
salah karena hasil yang didapat oleh penulis berbeda dengan sumber-sumber
tersebut. Penulis mendapatkan bahwa dalam kurung waktu 6 minggu, donat Jco ini sudah berjamur.
Jenis jamur yang terdapat pada donat
dengar rasa almond sangat
terdominasi dengan jamur yang berwarna putih. Terdapat
juga jamur berwarna hijau dibeberapa daerah, dan ada juga jamur yang berwarna
hitam kecoklat-coklatan. Almond yang
terlepas dari donat pun berjamur putih. Sedangkan pada donat dengan rasa polos,
ditemukan pada permukaan donat bahwa jamur berwarna putih tersebar dengan rata
di atas permukaan donat, dan dapat ditemukan juga bercak-bercak jamur berwarna
hijau pada donat tersebut.
Hal ini menjelaskan bahwa lamanya jamur
yang tumbuh di donat Jco ini sedikit
tidak wajar, karena banyak sumber mengatakan, seharusnya donat sudah berjamur
dalam kurung waktu satu minggu. Bahan pengawet yang dipakai oleh produsen donat
Jco ini cukup berbahaya karena dapat mempertahankan
kondisi donat dalam kurung waktu 42 hari.
4.1.2 Peranan Jamur
terhadap Donat yang Bermerek Dunkin Donut
Hal ini menjelaskan bahwa jangka
waktu yang diperlukan donat untuk membusuk sangat tidak wajar. Sama halnya
dengan donat Jco, donat bermerek Dunkin Donut juga membutuhkan jangka
waktu yang cukup lama untuk membuat donat tersebut busuk. Hal ini disebabkan
oleh bahan pengawet yang dipakai oleh produsen cukup keras dan mungkin
berbahaya bagi kesehatan manusia.
4.1.3 Peranan Jamur
terhadap Donat yang Bermerek Bread &
Co
Jumlah jamur pada donat Bread & Co ini berbeda dengan donat Jco dan Dunkin Donut.
Jamur muncul pada hari yang ke-31. Sehingga dapat diartikan bahwa donat Bread & Co ini cukup layak untuk
dikonsumsi dibandingkan dengan kedua donat yang lain. Tetapi cukup mengherankan
karena jika penulis lihat pada kode produksinya, disitu tertera bahwa donat
akan membusuk dalam 3 hari. Tetapi kenyataannya donat baru mulai membusuk dan
bertumbuh jamur pada hari yang ke-31.
Penulis membeli donat Bread & Co ini dihiasi dengan
taburan coklat pada permukaan atasnya, sehingga permukaan donat tertutup semua
dengan coklat. Pada donat ini dapat ditemukan jamur berwarna putih yang tumbuh
di atas permukaan coklat. Tidak terlihat jamur yang berwarna hijau atau hitam
kecoklatan yang tumbuh pada donat Bread
& Co ini. Berdasarkan fakta tersebut, penulis belum cukup yakin apakan
donat ini layak untuk dikonsumsi atau tidak.
Hal ini juga menjelaskan bahwa donat Bread & Co ini masih belum layak
untuk dikonsumsi dikarenakan oleh bahan pengawet yang cukup berbahaya yang
terdapat pada donat ini. Bahan pengawet pada donat ini tidak jauh dari donat Jco dan Dunkin Donut. Hal ini dikarenakan oleh jangka waktu yang dibutuhkan
oleh ketiga donat ini untuk membusuk. Tidak ada satupun diantaranya yang aman
untuk dikonsumsi.
4.2 Kondisi Fisik Donat
Secara Keseluruhan
Banyak
makanan dalam kemasan yang tidak tertera kode produksinya dan kapan makanan tersebut
tidak layak untuk dimakan. Banyak beberapa orang yang mengabaikan hal tersebut.
Padahal hal tersebut dapat menjadi awal dari gerakan hidup sehat kita. Tentu
saja bila kita memakan makanan yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi, maka
tubuh kita pun akan sungkan untuk mengelolanya. Maka dari itu, hal seperti itu
harus dihindari.
Seperti
halnya pada toko kue. Apakah kita tahu ke mana roti-roti yang sudah tidak laku
lagi perginya? Roti yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi? Jika bahan
pengawet tidak ditemukan, maka banyak sekali pengusaha-pengusaha toko kue yang
gulung tikar dikarenakan mengalami kerugian berlipat-lipat ganda.
Sangat sulit untuk membedakan mana
makanan yang memakai bahan pengawet secara berlebihan dan yang tidak. Karena,
banyak produsen-produsen makanan cepat saji yang memakai bahan pengawet. Dalam
penelitian ini, penulis mengambil sampel jenis roti donat yang memakai ragi.
Jika donat tersebut memakan bahan pengawet yang berbahaya, maka tidak akan
terlihat tanda-tanda pembusukan terjadi. Itulah yang akan diteliti oleh
penulis. Berikut adalah hasil pengamatannya.
4.2.1 Kondisi Fisik
pada Donat Berdasarkan Aroma
4.2.1.1 Kondisi Fisik
pada Donat Jco Berdasarkan
Aroma
Donat
Jco yang telah dibiarkan selama 59
hari, aromanya masih sama seperti yang dahulu. Tetapi yang membedakannya adalah
jika kita menghisap aromanya lebih dalam, maka akan sedikit tercium bau busuk
yang sangat menyengat. Hal ini disebabkan oleh adanya bahan pengawet yang cukup
berbahaya yang untuk mempertahankan aroma donat tersebut.
4.2.1.2 Kondisi Fisik
pada Donat Dunkin Donut Berdasarkan
Aroma
Donat
Dunkin Donut yang telah dibiarkan
selama 59 hari, aromanya masih sama seperti dahulu pertama kali penulis beli. Tidak
tercium bau-bau busuk lainnya seperti pada donat Jco. Hal ini disebabkan oleh bahan pengawet yang dipakai lebih kuat
dari pada bahan pengawet yag dipakai oleh produsen donat Jco.
4.2.1.3 Kondisi Fisik pada Donat Bread & Co Berdasarkan Aroma
Donat
Bread
& Co ini setelah dibiarkan selama 59 hari, aromanya juga tidak
berubah sedikitpun. Sama halnya dengan donat Jco dan Dunkin Donut. Hal
ini disebabkan oleh bahan pengawet yang dipakai ini cukup kuat sehingga dapat
mempertahankan aromanya dengan jangkawaktu yang cukup panjang.
4.2.2 Kondisi Fisik
pada Donat Berdasarkan Kepadatan
4.2.2.1 Kondisi Fisik
pada Donat Jco Berdasarkan
Kepadatan
Donat
Jco ini setelah dibiarkan selama 59
hari, kepadatannya juga berubah menjadi smeakin keras. Tidak empuk lagi seperti
waktu pertama kali penulis beli. Kepadatannya berubah menjadi
semakin padat. Hal ini dipengaruhi oleh bahan pengawet yang donat ini pakai.
4.2.2.2 Kondisi Fisik
pada Donat Dunkin Donut Berdasarkan
Kepadatan
Donat Dunkin Donut ini setelah dibiarkan selama 59 hari,
kepadatannya juga berubah menjadi semakin keras sama seperti donat Jco. Tidak empuk lagi dan mengeras
hingga seperti batu. Kepadatannya berubah menjadi semakin padat. Hal ini
dipengaruhi oleh bahan pengawet yang produsen pakai.
4.2.2.3 Kondisi Fisik
pada Donat Bread & Co Berdasarkan
Kepadatan
Donat Bread & Co ini setelah dibiarkan selama 59 hari, kepadatannya
juga berubah menjadi semakin keras sama seperti donat Jco dan donat Dunkin Donut, yang membedakannya adalah donat ini tidak keras
seperti batu seperti sama halnya dengan donat Jco dan Dunkin Donut. Tidak terlalu empuk lagi dan sedikit mengeras.
Kepadatannya berubah menjadi semakin padat. Hal ini dipengaruhi oleh bahan
pengawet yang produsen pakai. Tetapi bila dilihat dari keamanan donat bila
dimakan, penulis merekomendasikan donat yang bermerek Bread & Co.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Setelah
donat dibiarkan selama 59 hari, ketiga jenis donat tersebut dalam keadaan berjamur. Donat Jco mulai
berjamur pada hari yang ke-42. Sedangkan donat
Dunkin Donut mulai berjamur pada hari yang ke-40 dan donat Bread & Co mulai
berjamur pada hari yang ke-31. Maka dapat disimpulkan bahwa donat Bread &
Co adalah donat yang paling aman untuk dikonsumsi dibandingkan dengan kedua
donat lainnya. Pada ketiga donat juga terdapat jamur yang berwarna putih.
5.1.2 Setelah donat dibiarkan selama 59 hari,
penulis juga mengamati kondisi fisik dari donat meliputi aroma dan kepadatan
donat. Setelah diteliti, aroma ketiga donat sama seperti sewaktu pertama kali
penulis beli dan kepadatan ketiga donat tersebut semakit padat dan mengeras
seperti batu. Maka dapat disimulkan bahwa, pengaruh bahan pengawet menjadikan
ketiga donat ini menjadi mengeras.
5.2 Saran
Alangkah lebih baiknya jika waktu
untuk mengerjakan karya tulis ini diperpanjang untuk memaksimalkan hasil kerja.
Alangkah lebih baiknya juga jika pihak sekolah mengeluarkan budget untuk berlangsungnya pengerjaan
karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Primapujakusuma, Bobby, http://bobprimapujakusuma.blogspot.com/2012/02/
laporan-praktikum-menggunakan-mikroba.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar