Ada seseorang yang bernama Pangemanann. Ia adalah seorang inspektur polisi yang memiliki keluarga yang sempurna dan bahagia.
Ia sudah banyak memecahkan kasus-kasus berat dan diakui banyak orang. Pada
suatu hari ia ditugaskan untuk memata-matai dan menyingkirkan seseorang yang
tiada lain tiada bukan ialah orang yang ia kagumi, Raden Mas Minke. Akhirnya ia
melakukan hal tersebut secara diam-diam dengan cara mendatangi rumah Minke seakan-akan
ingin bersilaturahmi. Dalam tugas ini ia dibantu oleh Suurhof yang akan menjadi
bawahannya langsung. Namun pada saat ini pagemanann masih belum berhasil. Akan
tetapi ia selalu berusaha untuk mengenyahkan Minke. Pada akhirnya ia berhasil
untuk menyingkirkan Raden Mas Minke hingga akhirnya Minke diasingkan ke Ambon.
Minke adalah seorang pemimpin redaksi Koran. Ia berpihak kepada rakyat pribumi
dan terus menerus menularkan semangat nasionalismenya kepada rakyat pribumi.
Hal inilah yang merisaukan pemerintahan Belanda dan membuat Belanda mengambil
jalan untuk mengasingkannya. Atas berhasilnya pangemanann menjatuhkan Minke, hadiahnya
ia diangkat menjadi seorang ajukan komisaris.
Tiba-tiba,pangemanan
dipecat dari jabatannya dan dipindahkan ke kantor pusat Algemenee secretarie
untuk menggantikan Simon De Lange yang bunuh diri 3 hari sebelum kedatangannya
sebagai orang yang memata-matai rakyat pribumi yang berpotensi untuk menjadi
bibit menyulitkan bagi pemerintah Belanda sekaligus memusnahkan orang tersebut
secara diam-diam. Dalam sepak terjangnya,muncullah Siti Soendari, seorang
perawan yang sangat semangat dalam berpidato seputar nasionalisme, Marco, murid
Minke yang suka menulis di surat kabar sambil mengobarkan semangat
nasionalismenya dan orang-orang lainnya. Pekerjaannya di Algemene secretarie berjalan
lancar namun diam-diam dia merasa jijik dan benci juga terhadap pekerjaannya
karena secara tidak langsung ia melanggar hukum dan berlaku tidak adil terhadap
orang-orang yang sebenarnya tidak berdosa, malah sebenarnya orang-orang yang
mulia. Disamping itu, hubungannya dengan keluarganya pun memburuk sehingga
Paullete meminta kembali ke Prancis bersama anak-anaknya.
Semakin
lama, pangemanann merasa semakin sepi dan sendiri. Ia merasa semakin kehilangan
segala sesuatu yang ia miliki. Semuanya hilang, termasuk dirinya sendiri. Ia
merasa sudah tidak mengenal dirinya lagi. Akan tetapi ia tetap terus
melanjutkan pekerjaannya. Sering kali ia merenung dan meratapi nasibnya sambil
merasa bersalah terhadap semua orang yang sempat berurusan dengannya, terutama
Raden Mas Minke. Tak jarang ia membaca buku Minke berulang-ulang berharap
dengan begitu orang yang dihormatinya itu akan memaafkannya.
Ketika
Gubernur Jendral Idenburg diganti menjadi Gubernur Jendral Van Limbung Stirum
yang lebih lembut, Minke dibebaskan dari pengasingannya dan pangemanann
menjemputnya. Minke yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Minke dahulu yang
memiliki banyak pengikut. Sekedar namanya pun sekarang sudah tidak terdengar
lagi. Ia sudah dilupakan. Baru saja Minke bebas, tak berapa lama kemudian ia
meninggal dikarenakan penyakit disentri. Hal ini mengejutkan sang pangemanann
sehingga ketika Minke hendak dikuburkan, ia ikut menggiringnya dari jauh.
Sepeninggalnya Minke, pangemanann bertemu dengan Madame Sanikem La Bouq, yang
tiada lain tiada bukan adalah ibunda dari Raden Mas Minke. Madam Sanikem yang
tidak tahu apa pekerjaan pangemanann menanyakan keberadaan Minke kepada sang
pengamanann dengan wajah berseri. Ketika pangemanann menceritakan kenyataan
bahwa Minke telah meninggal, wajah Madam berubah padam. Ketika ditanya apa
penyebabnya, pangemanann ragu dalam menjawab sehingga Madam mencurigainya dan
hal ini sungguh membuat pangemanann merasa sangat hina. Ia merasa telah
merenggut kebahagiaan orang yang ada di hadapannya ini. Setelah itu mereka
berziarah ke makan Minke.
Sehabis itu
mereka kembali ke rumah masing-masing. Pangemanann merasa sangat sakit jiwa dan
raga. Seharian tadi, keringat dinginnya tak berhenti mengucur, wajahnya pucat
dan bahkan berjalan pun ia tak sanggup. Ia sadar. Ia telah banyak sekali
menghianati orang-orang yang memercayainya. Mulai dari istrinya yang ia
khianati, bangsanya bahkan dirinya sendiri ia khianati. Ia merasa sangat tidak
berguna sehingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menuliskan surat kepada
Madam La Bouq dan memberinya tulisan-tulisan Minke sambil mengakui segala
pengkhianatannya selama ini. Setelah itu ia memberikan semua hal yang ia miliki
sekarang kepada pembantunya sedangkan ia bertolak ke Belanda.